BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Telah banyak orang memperbincangkan tentang era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan persaingan baik itu persaingan fisik maupun non fisik. Orang yang akan berhasil dimasa yang akan datang adalah mereka yang memiliki kekuatan fisik dan mental yang tangguh dan unggul dalam bersaing dengan insan lain, baik dikalangan bangsanya sendiri maupun bangsa lainnya.

Namun yang menjadi masalah dan yang selalu dikeluhkan masyarakat sekarang ini adalaha mutu lulusan lembaga – lembaga pendidikan sekarang masih jauh dari yang diharapkan. Lembaga – lembaga pendidikan lebih terkesan menigkatkan kuantitas lulusannya daripada kualitasnya, hal ini menyebabkan penggangguran dari semua jenjang pendidikan.

Sekolah adalah perangkat pendidikan yang menunjang perkembangan ilmu pendidikan. Mengingat pentingnya fisika maka pengajaran fisika diberbagai jenjang pendidikan sudah sewajarnya dikembangkan dan diperhatikan. Namun dikalangan siswa sudah sering beredar bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dan membosankan, sehingga siswa kurang berminat mendalami fisika dan menyebabkan hasil belajar fisika rendah.

Dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan adanya pendirian sebagai kebijakan idiologi yang mempunyai visi tertentu terhadap pendidikan. Kaitan dengan pendidikan secara bersamaan muncul permasalahan, permasalahan pendidikan yang perlu dicarikan pemecahannya.

Menurut wawancara penulis dengan Bapak G. Manullang guru bidang studi fisika di SMA N 1 Doloksanggul bahwa nilai rata – rata fisika mencapai 5,54, hal ini dapat dilihat dari hasil ujian semester dan ulangan harian yang diperoleh siswa. Tentu nilai rata – rata ini masih jauh dari nilai standar kelulusan minimal dan hal tersebut bukanlah hasil yang diharapkan.

Dalam pembelajaran fisika telah banyak digunakan metode dan pendekatan untuk meningkatkan hasil belajar fisika. Salah satu adalah adalah membentuk siswa ke dalam kelompok diskusi yang sangat banyak keuntungannya bagi siswa. Namun kenyataannya walaupun sudah disadari bahwa siswa mendapatkan banyak keuntungan dari diskusi yang mengaktifkan mereka, tidak banyak guru yang melakukannya. Seringkali metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung terbatas pada penyampaian ceramah, pemberian contoh soal, latihan dan diakhiri dengan pemberian tugas untuk dikerjakan dirumah. Banyak guru yang masih menggunakan pendekatan tradisional sehingga proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah dimana guru menerangkan dan siswa mendengar atau mencatat, sehingga sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa.
Selain pendekatan tradisional, guru juga masih kebanyakan menggunakan pendekatan matematis – logis, dengan mengajarkan rumus, menekankan hitungan matematis dan mengerjakan soal – soal secara logis.Pemikiran logis sangat ditekankan sehingga matematika menjadi alat utama untuk mempelajari fisika.Dengan demikian, cukup banyak siswa yang berintelegensi lain yang tidak kuat dalam matematika dan logika agak sulit menangkap fisika dan menjadi tidak senang dengan pelajaran fisika.

Sehubungan dengan hal diatas pembelajaran partisipatif adalah salah satu metode pembelajaran menciptakan interaksi yang saling mencerdaskan sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku bahan ajar tetapi juga sesama siswa. Siswa belajar dalam kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu bahan pembelajaran dan mengkomunikasikan hasil perolehannya kepada siswa sehingga dapat menghidupkan suasana kelas, memberdayakan siswa atau berfokus pada siswa, yaitu kelas yang produktif dan menyenangkan.

Ada beberapa Teknik Pembelajaran Partisipatif diantaranya : Pembinaan keakraban, Identifikasi kebutuhan, Sumber sumber, Hambatan pembelajaran, Perumusan tujuan belajar, Penyusunan program kegiatan belajar, dan Pelaksanaan program pembelajaran.Teknik kelompok Buzz merupakan bagian dari Pelaksanaan program pembelajaran.

Selain Teknik Kelompok Buzz masih ada teknik masih ada teknik lainnya diantaranya: Teknik simulasi, Discussion starter story, Situasi hipotesis, Forum, Permainan.

Teknik Kelompok Buzz merupakan teknik pembelajaran diskusi dimana setiap anggota tim bertanggungjawab untuk materi belajar yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut dalam kelompok kecil dan mempersentasekannya dalam kelompok besar dengan menyuruh salah satu pelapor dari setiap kelompok.Teknik pembelajaran ini merupakan salah satu usaha guru melibatkan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar.Adapun topik yang dipilih menjadi sasaran teknik pembelajaran ini adalah Besaran dan Satuan dengan judul “Pengaruh Teknik Pembelajaran Buzz (Buzz Group) terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan Besaran dan Satuan di SMA N.1 Doloksanggul kelas X semester ganjil T.A 2008/2009”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya minat belajar siswa
2. Hasil belajar fisika siswa yang masih tergolong rendah
3. Kurangnya keterlibatan siswa didalam kegiatan belajar mengajar
4. Interaksi antara siswa dalam pembelajaran masih kurang
5. Metode belajar yang monoton oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar

1.3 Batasan Masalah

Sehubungan dengan banyaknya permasalahan dan keterbatasan kemampuan peneliti serta keterbatasan waktu, maka penulis membuat batasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Doloksanggul
2. Materi pokok yaitu besaran dan satuan kelas X semester I T.A 2009/2010
3. Penelitian ini menggunakan teknik kelompok buzz

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah :
1. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi pokok besaran dan satuan dengan menggunakan teknik kelompok buzz dikelas X semester I SMA N 1 Doloksanggul T.A 2009/2010
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi pokok besaran dan satuan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dikelas X semester I SMA N 1 Doloksanggul T.A 2009/2010
3. Bagaimana perbedaan penggunaan teknik kelompok buzz terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok besaran dan satuan dikelas X semester I SMA N 1 Doloksanggul T.A 2009/2010

1.5 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran partisipatif teknik kelompok buzz pada materi pokok besaran dan satuan di kelas X semester I SMA N 1 Doloksanggul T.A 2009/2010
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan metode pembelajarn konvensional pada materi pokok besaran dan satuan di kelas X semester I SMA N 1 Doloksanggul T.A 2009/2010
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan teknik kelompok buzz pada materi pokok besaran dan satuan di kelas X semester I SMA N 1 Doloksanggul T.A 2009/2010

1.6 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada semua pihak yang menggunakan informasi hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan dan menambah kompetensi penulis sebagai calon pendidik
2. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi para peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian sejenis dan sebagai bahan rujukan pada bidang permasalahan yang sama
3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran partisipatif teknik kelompok buzz dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis

Pengertian Belajar
Menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono,2006:9)
“ Belajar adalah suatu perlakuan”.Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.Sebaliknya, bila tidak belajar maka responnya menurun.Dalam belajar ditemukan adanya hal – hal berikut :
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon anak didik
2. Respon sianak didik
3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.Respon yang menguatkan tersebut terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut

Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan manusia untuk menjalankan kehidupannya, Slameto (1995) mengemukakan bahwa :
“ Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya dengan ciri – ciri perubahan tingkah laku tersebut :1) Perubahan terjadi secara sadar, 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Belajar merupakan tindakan atau perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan. Setiap individu bila melaksanakan kegiatan belajar mengajar akan mengalami perubahan tingkah laku, maka belajar merupakan proses tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah melukiskan tingkat (kadar) pencapaian siswa atau pembelajaran yang ditetapkan. Hasil belajar itu tercermin/terpancar dari kepribadian siswa berupa perubahan tingkah lakunya setelah mengalami proses belajar mengajar. Ini berarti, bahwa hasil belajar itu menggambarkan kemampuan yang dimiliki siswa baik dari dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan perbuatan belajar.
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan terhadap sesuatu yang diperoleh di dalam belajar, sesuatu yang diperoleh itu berbeda – beda yakni ada yang memperoleh nilai tinggi, sedang dan rendah. Melalui kegitan belajar mengajar secara perlahan – lahan akan terjadi perubahan pada individu yang belajar baik dari pengetahuan, sikap dan keterampilan. Masing – masing perubahan yang terjadi pada individu terhadap suatu keadaan yang lebih baik merupakan keberhasilan belajar yang diperoleh dimana hasil belajar yang mencerminkan sejauh mana perubahan itu terjadi pada diri individu.
Melalui kegiatan belajar mengajar secara perlahan – lahan akan terjadi perubahan pada individu yang belajar baik dari pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh dari anak setelah belajar. Menurut Benjamin S.Bloom(dalam Dimyati dan Mudjiono,2006) terbagi atas 3 kategori yaitu :
1. Ranah kognitif yang mencakup tentang pengetahuan
2. Ranah efektif yang mencakup tentang sikap dan penerimaan
3. Ranah Psikomotorik yang mencakup tentang kesiapan dan persepsi

Pembelajaran Partisipatif

Pembelajaran partisipatif adalah pembelajaran yang menggunakan metode dan teknik yang disesuaikan dengan faktor – faktor yang ada disekelilingnya.
Penerapan pembelajaran partisipatif mensyaratkan tersedianya berbagai metode dan teknik pembelajaran yang cocok untuk itu. Metode pembelajaran adalah kegiatan atau cara umum penggolongan peserta didik, sedangkan teknik pembelajaran adalah langkah atau cara khusus yang digunakan pendidik dalam masing – masing metode pembelajaran. Metode – metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif ternyata bermacam – macam ragam, yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu metode pembelajaran perorangan, metode pembelajaran kelompok, dan metode pembelajaran massal dan pembangunan masyarakat.
Dalam metode pembelajaran kelompok terdapat teknik diskusi, dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat.
Menurut Suryosubroto dalam Trianto (2007) bahwa diskusi oleh guru digunakan apabila hendak :
4. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada yang dimiliki oleh siswa
5. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing – masing
6. Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai
7. Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah
8. Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman – temannya (orang lain)
9. Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai maslah yang dilihat baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah
10. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut
Pembelajaran partisaipatif adalah pembelajaran yang mengutamakan diskusi dan kelompok.

Teori Belajar kelompok Buzz

Menurut Ari site teknik kelompok buzz ini adalah kelompok diskusi dimana siswa dibagi dalam 4-5 orang siswa untuk mendiskusikan suatu topik terlepas dari fasilitator. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat bertatap muka. Teknik memberikan kesempatan kepada individu – individu untuk menguji dan memperdalam pemikiran – pemikirannya atau mempertajam suatu upaya pemecahan masalah dan mendapatkan kepercayaan dirinya sendiri.
Teknik kelompok buzz digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang didalamnya mengandung bagian – bagian khusus dalam masalah itu. Kegiatan belajar biasanya dilakukan melalui diskusi didalam kelompok – kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 orang. Kelompok – kelompok kecil itu melakukan kegiatan diskusi dalam waktu yang telah ditentukan tentang bagian – bagian khusus dari masalah – masalah yang dihadapi oleh kelompok besar.
Pemilihan anggota kelompok kecil bisa dilakukan oleh siswa sendiri dan ditunjuk oleh guru, tetapi dalam hal ini gurulah yang memilih anggota kelompoknya karena guru lebih tahu yang mana siswa yang pintar. Atau dapat dikatakan bahwa pemilihan kelompok adalah heterogen. Teknik ini tepat digunakan apabila peserta didik dalam suatu kelompok terlalu banyak sehingga setiap orang tidak mempunyai kesempatan berpartisipasi.
Selain hal diatas, teknik ini tepat digunakan :
1. apabila masalah itu mengandung beberapa aspek atau bagian yang perlu dibahas secara khusus
2. apabila waktu yang tersedia untuk membahas masalah itu terbatas
3. apabila terdapat peserta didik yang lamban dan kurang berminat untuk berpartisipasi

a. Kelebihan dan kelemahan teknik kelompok buzz

Menurut Prof. Sudjana (2001) teknik kelompok buzz ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan – kelebihan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Peserta didik yang kurang biasa menyampaikan pendapat dalam kelompok belajar seolah – seolah dipaksa oleh situasi untuk berbicara dalam kelompok kecil
2. Menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang lain, dan mungkin akan menyenangkan
3. Dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian – bagian maslah dalam waktu singkat
4. Dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini bervariasi

Sedangkan kelemahan dari teknik adalah sebagai berikut :
1. Mungkin terjadi pengelompokan yang pesertanya terdiri atas orang – orang yang tidak tahu apa – apa, apabila yang memilih anggota kelompok adalah siswa itu sendiri, sehingga kekuatan kelompok tidak seimbang
2. Laporan kelompok – kelompok kecil tidak tersusun secara sistematis dan tidak terarah
3. Pembicaraan mungkin dapat berbelit – belit
4. Membutuhkan waktu untuk mempersiapkan masalah dan untuk bagian – bagian dari masalah itu

b. Langkah – langkah teknik pembelajaran buzz

1. Pendidik bersama beserta didik memilih dan menentukan masalah dan bagian – bagian masalah yang akan dibahas dan perlu dipecahkan dalam kegiatan belajar
2. Pendidik menunjuk beberapa peserta didik untuk membentuk kelompok kecil. Jumlah kelompok yang akan dibentuk dan banyaknya peserta dalam setiap kelompok kecil disesuaikan dengan jumlah bagian masalah yang akan dibahas
3. Pendidik membagikab bagian – bagian masalah kepada masing – masing kelompok membahas satu bagian masalah. Selanjutnya pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus dilakukan, waktu pembahasan biaanya 5-15 menit, pemilihan pelapor.
4. Kelompok – kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan. Para peserta didik dalam kelompok kecil itu memperjelas bagian masalah, serta memberikan saran – saran untuk pemecahannya
5. Apabila waktu yang telah ditentukan telah selesai, pendidik mengundang kelompok – kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok besar, kemudian mempersilahkan para pelapor dari masing – masing kelompok kecil secara bergiliran untuk menyampaikan laporannya kepada kelompok besar.
6. Pendidik menyuruh salah seorang dari peserta didik dari setiap kelompok untuk mencacat pokok – pokok laporan yang telah disampaikan, kemudian peserta didik yang lain diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan tersebut
7. Pendidik dapat menugaskan salah seorang atau beberapa orang peserta didik untuk merangkum hasil pembahasan akhir laporan itu
8. Pendidik beserta peserta didik dapat mengajukan kemungkinan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan selanjutnya melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi itu.

Pembelajaran Konvensional

Pengajaran konvensional merupakan metode pengajaran yang biasanya diterapkan guru disekolah – sekolah yang umumnya terdiri dari metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Metode ceramah adalah penuturan lisan dari guru kepada siswanya. Ceramah adalah kegiatan memberikan informasi dengan kata – kata didepan orang banyak. Penyampaian informasi dengan kata – kata sering mengaburkan dan kadang – kadang ditafsikan salah.
Metode tanya jawab dapat diartikan sebagai interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respon lisan siswa, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa. Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai adanya suatu tugas yang lebih banyak diberikan guru dengan penyelesaian secara perorngan atau kelompok.
Dalam pembejaran konvensional siswa dipandang sebagai yang belum mengetahui apapun. Metode konvensional dianggap sebagai metode pengajaran yang kurang menguntungkan bagi siswa, tetapi bila ditinjau lebih jauh ternyata metode ini memiliki beberapa keuntungan yang diantaranya adalah :
1. Dapat menampung kelas dalam jumlah besar
2. bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara sistematis dengan penjelasan yang monoton
3. Guru dapat memberikan tekanan pada hal – hal tertentu misalnya rumus atau konsep yang dianggap penting
4. Dapat menutupi kekurangan jika tidak tersedia buku pelajaran atau alat bantu sehingga tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran
Selain dari keuntungan diatas terdapat beberapa kelemahan – kelemahan yang dapat diperhatikan antara lain :
1. pelajaran berjalan monoton sehingga membosankan dan membuat siswa pasif, karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk belajar menentukan sendiri
2. Siswa lebih berfokus membuat cacatan
3. Siswa akan cepat lupa pada pelajaran yang diajarkan
4. Pengetahuan dan kemampuan siswa hanya sebatas pengetahuan yang diberikan oleh guru

2.1.6 Besaran dan satuan

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka – angka.Mengukur adalah proses membandingkan sesuatu besaran yang diukur dengan besaran tertentu yang diketahui dan ditetapkan sebagai acuan.

2.1.6.1 Besaran

a. Besaran pokok

Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan acuan besaran lain dalam fisika. Ada tujuh besaran pokok dalam fisika seperti terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.1
Besaran pokok dan satuannya

Besaran pokok Satuan Singkatan
Panjang
Massa
Waktu
Kuat arus listrik
Suhu
Jumlah zat
Intensitas cahaya Meter
Kilogram
Sekon
Ampere
Kelvin
mol
Kandela m
Kg
s
A
K
mol
Cd

Besaran pokok digunakan sebagai dasar untuk mendefenisikan besaran lain (besaran turunan). Besaran pokok bebas terhadap besaran lain, atau besaran pokok yang satu tidak bergantung pada besaran pokok yang lain, baik dimensi ataupun besarnya.

b. Besaran turunan

Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Dengan demikian, satuan besaran turunan diturunkan dari besaran pokok. Misalnya :
• Luas
• Volume
• Massa jenis
• Kecepatan
• Percepatan
• Berat

c. Besaran tambahan

Selain besaran pokok dan besaran turunan, juga ada kita kenal besaran tambahan yang tidak berdimensi, yaitu :
• Sudut
• Sudut ruang

2.1.6.2 Sistem satuan

Sistem satuan yang digunakan secara internasional dewasa ini adalah sistem internasional (Internasional System Of Units) disingkat satuan SI
a. Standart untuk satuan panjang
Standart panjang internasional yang pertama adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran plaitna – iridium yang disebut meter standart.Meter standart sulit untuk dibuat ulang, karena itu dibuatkan turunan – turunannya dengan proses yang sangat teliti dan disebarkan keberbagai laboratorium standart diberbagi Negara.Standart sekunder inilah yang digunakan untuk mengkalibrasi berbagai alat ukur lainnya.

b. Standart untuk satuan massa
Stndart untuk satuan massa adalah kilogram.Standart internasional untuk massa adalah silinder platina – iridium yang disebut kilogram standart. Jadi 1 kilogram adalah massa sebuah kilogram standart

c. Standart untuk satuan waktu
Standart untuk satuan waktu adalah sekon atau detik.Standart standart waktu yang masih digunakan sampai sekarang adalah satu sekon yang didasarkan pada hari matahari rata – rata,yaitu waktu hari rata – rata dalam satu tahun.Satu sekon didefenisikan atau hari matahari rata – rata

2.1.6.3 Mengukur massa, panjang, dan waktu

a. Mengukur massa

Untuk mengukur massa sebuah benda digunakan neraca atau timbangan.Pada dasarnya mengukur massa suatu benda adalah membandingkan massa dengan yang diukur dengan sejumlah massa yang telah terukur yang disebut anak timbangan.

b. Mengukur panjang

2.1.6.3.1 Mengukur panjang dengan mistar

Mengukur panjang dengan mistar digunakan untuk mengukur benda maksimal 30cm dengan ketelitian 0,1mm.cara mengukur panjang dngan menggunakan mistar memperhatikan posisi atau kedudukan pengamat yang harus tegak lurus dengan skala yang dibaca. Seperti gambar 2.1, cara pembacaan a dan c salah karena dapat menimbulkan kesalahan paralaks. Cara pembacaan b adalah benar

2.1.6.3.2 Mengukur panjang dengan jangka sorong

Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang benda maksimum 10cm, dengan ketelitian 0,1mm.Bagian – bagian terpenting jangak sorong adalah :
a. Rahang tetap, memiliki skala panjang yang disebut skala utama
b. Rahang geser tau rahang sorong, memiliki skala pendek yang disebut nonius atau vernier
Jangka sorong yang umum dipakai memiliki nonius dengan panjang 9mm dan dibagi atas 10 bagian yang sama. Gambar 2.2 menunjukkan pengukuran dengan jangka sorong. Cara membaca skala pada jangka sorong :
a.Baca skala utama yang berimpit dengan skala nonius adalah antara 2,1 dan 2,2cm
b.Baris nonius yang berimpit tegak dengan satu tanda garis skala utama adalah garis kelima
c.Bacaan jangka sorong adalah 2,1 + 0,005 = 2,105cm

2.1.6.3.3 Mengukur panjang dengan mikrometersekrup

Mikrometersekrup mempunyai dua skala, yaitu skala utama dan skla nonius (putar). Skala nonius terdiri dari 50 skala. Jika selubung luar diputar satu kali putaran rahang geser dan selubung akan maju dan mundur 0,5mm. jadi ketelitian mikrometresekrup adalah 0,01mm.

– Poros tetap
– Poros geser / putar
– Skala utama
– Skala nonius
– Pemutar
– Pengunci

c. Mengukur waktu

Besaran waktu dapat diukur dengan jam atau stopwatch. Ada dua jenis stopwatch yaitu, stopwatch pegas dan digital atau elektronik. Stopwatch digital lebih teliti jika dibandingkan dengan stopwatch pegas.

2.1.6.4 Dimensi

Yang dimaksud dimensi dari suatu besaran adalah cara besaran itu tersusun dari besaran – besaran pokok. Dimensi besaran pokok dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi kurung persegi ([]).

Tabel 2.2
Dimensi besaran pokok
Besaran pokok Satuan Singkatan Dimensi
Panjang
Massa
Waktu
Kuat arus listrik
Suhu
Jumlah zat
Intensitas cahaya Meter
Kilogram
Sekon
Ampere
Kelvin
mol
Kandela M
Kg
s
A
K
mol
Cd [L]
[M]
[T]
[I]
[ ]
[N]
[J]

Tabel 2.3
Dimensi besaran turunan
Besaran turunan Satuan Dimensi
Luas

Volume

Massa jenis

Kecepatan

Percepatan

Berat m

m

[L]

[L]

[M][L]

[L][T]

[L][T]

[M][L][T]

Dari analisis dimensi ini dapat diuji sustu persamaan benar secara dimensi atau tidak, tetapi tidak bisa juga persamaan yang benar secara dimensi sudah pasti juga benar secara fisis.

2.1.6.5 Besaran vektor dan besaran skalar

Besaran skalar adalah besaran yang cukup dinyatakan dengan satu angka atau besaran yang hanya memiliki nilai (besar) saja.
Contoh besaran scalar :
– laju
– massa
– volume
– energi
– jarak
– suhu

Besaran vektor adalah besaran yang harus dinyatakan dengan suatu angka dan arah atau besaran yang memiliki nilai (besar) dan arah.

Contoh :
– kecepatan
– percepatan
– gaya
– berat
– impuls
– momentum
– perpindahan

Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah yang terdiri atas pangkal dan ujung. Panjang anak panah menyatakan nilai vektor dan arah anak panah (dari pangkal ke ujung) menyatakan arah vektor.

A ke kanan

Pangkal ujung -A kekiri

B
C

Gambar 2.4 Beberapa vektor terdiri dari pangkal dan ujung

2.1.6.6 penjumlahan dan selisih vektor

Dua buah vektor atau lebih dapat dijumlahkan atau dikurangkan satu terhadap lainnya.
1. Penjumlahan vektor

a. metode jajaran genjang
B

Gambar 2.5 penjumlahan dua vektor dengan metode jajaran genjang
Vektor A dan B dijumlahkan menghasilkan vektor R. vektor disebut resultan dari vektor A dan B, yang merupakan diagonal dari jajaran genjang dengan sisi vektor A dan B. Resultan dua vektor R = A + B dilukiskan dengan metode jajaran genjang.

b. metode Poligon (segi banyak)

dilukiskan dengan cara poligon

Gambar 2.6 penjumlahan Vektor dengan metode poligon

c. cara segitiga

Gambar 2.7 penjumlahan vektor dengan segitiga

jadi :

2. pengurangan vektor
Untuk menentukan selisih vektor, maka vektor sebagai penguarang dibalik arahnya dari arah semula.

jadi :

Gambar 2.8 Selisih dua vektor

3. Besar dan arah resultan dua buah vektor

Gambar 2.9 Besar dan arah resultan vektor A dan B yang saling tegak lurus
Besar resultan R dapat ditentukan dengan menggunakan rumus cosinus :

R = Resultan
= sudut yang dibentuk kedua vekto

2.1.6.7 Penguraian vektor

Bila dua besaran vektor atau lebih dapat dijumlahkan atau disusun menjadi satu vektor, maka sebaliknya satu besaran vektor dapat diuraiakn menjadi dua vektor atau lebih. Vektor – vektor yang merupakan hasil uraian vektor dinamakan komponen vektor yang diuraikan. Misalkan vektor yang diuraikan adalah vektor F
F Y

Fy
F

X
Fx
Gambar 2.10 Sebuah vektor diuraikan terhadap sumbu X dan sumbuY
Vektor Fx merupakan komponen F dalam arah Xx dan vektor Fy merupakan komponen F arah Yy. Fx dan Fy tegak lurus disebut komponen tegak lurus

2.1.6.8 Ketelitian pengukuran dan angka penting

a. Ketelitian dan kesalahan pengukuran

Dalam menentukan hasil pengukuran, harus dihindari terjadinya kesalahan paralaks, kesalahan baca yang terjadi karena kesalahan arah pandang pembaca. Dengan terjadinya kesalahan membaca maka ketelitianpun semakin terjamin. Ketelitian didefenisikan sebagai ukuran ketepatan yang dapat dihasilkan dalam suatu pengukuran tergantung pada alat ukur yang digunakan.

b. Angka penting

Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran. Angka penting terdiri dari angka pasti dan angka tafsiran ( angka yang diragukan). Adapun aturan – aturan dalil angka penting adalah sebagai berikut :
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting
2. Semua angka yang terletak diantara dua angka nol adalah angka penting
3. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol disebelah kiri maupun yang disebelah kanan tanda koma desimal bukan angka penting
4. Angka nol pada deretan akhir pada sebuah bilangan termasuk angka penting, kecuali jika angka sebelum nol diberi garis bawah. Dalam hal ini angka penting berakhir pada angka yang diberi garis bawah dan selanjutnya bukan angka penting.

Untuk menghindari kerancuan angka – angka nol pada deretan akhir bilangan, dapat digunakan notasi ilmiah. Misalnya mengandung dua angka penting dan mengandung tiga angka penting. Bilangan yang terdiri atas angka – angka penting disebut bilangan penting. Misalnya panjang paku 4,7cm. Bilangan eksak adalah bilangan yang pasti. Misalnya banyak telur dalam keranjang 100 butir. Bilangan 100 merupakan bilangan eksak.
Perbedaan antara bilangan penting dan bilangan eksak sebagai berikut :
c. Bilangan penting kita peroleh melalui pengukuran, sedangkan bilangan eksak diperoleh dengan membilang
d. Pada bilangan penting, banyak angka penting terbatas sesuai dengan ketelitian alat ukur yang digunakan, sedangkan pada bilangan eksak, banyak bilangan penting tidak terbatas.

2.2 Kerangka konseptual

Tujuan yang ingin dicapai seseorang dalam belajar adalah untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang tertentu seperti fisika. Dalam belajar siswa, memiliki kemampuan yang berbeda – beda, hal ini menyebabkan ada siswa yang menyelesaikan soal secara benar, ada siswa yang menyelesaiakan soal secara tidak benar bahkan ada juga siswa – siswa yang sama sekali tidak dapat menyelesaiakan soal fisika tersebut. Kenyataannya kini menunjukkan bahwa bagi siswa yang menyelesaiakan soal secara tidak benar dan sama sekali tidak dapat menyelesaiakn soal tertentu karena mengalami kesulitan.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dalam dirinya maupun yang berasal dari luar dirinya. Namun demikian pada dasarnya setiap siswa dapat dibantu baik secara individual maupun kelompok untuk memperbaiki hasil belajar yang dicapai sesuai dengan kemampuan masing – masing. Bantuan yang diberikan dapat menggunakan berbagai pendekatan metode, materi dan alat yang disesuaikan dengan jenis dan sifat hambatan belajar yang dialami siswa.
Salah satu bantuan yang dapat dilaksanakan adalah dengan menerapkan pembelajaran teknik kelompok buzz, yaitu suatu pendekatan yang melibatkan kelompok kecil untuk bekerjasama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaiakan tugas dan untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan rumusan kerangka konseptual diatas, dalam hubungannya dengan penguasaan konsep fisika, maka penguasaan konsep fisika diharapkan akan lebih meningkatkan hasil belajar pada materi pokok Besaran dan Satuan setelah menerapkan pembelajaran partisipatif teknik kelompok buzz.

2.3 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara pretes dan post – test dengan menggunakan pembelajaran partisipatif teknik kelompok buzz pada pokok bahasan besaran dan satuan.

Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran partisipatif teknik kelompok buzz pada pokok bahasan besaran dan satuan

BAB III
METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Doloksanggul pada bulan Juli Tahun ajaran 2009/2010

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X pada semester I. Telah disepakati dengan Kepala Sekolah dan guru ditetapkan bahwa sampel penelitian adalah kelas X terdiri dari X kelas eksperimen dan X kelas kontrol, karena kedua kelas adalah homogen

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitan ini terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Variabel bebas
Varabel bebas dalam penelitian ini adalah pengajaran dengan menggunakan pembelajaran partisipatif teknik kelompok buzz dan pembelajaran konvensional
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada pokok bahasan Besaran dan Satuan

Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat Quasi eksperimen, dalam hal ini melibatkan dua perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak 4 kali pertemuan. Adapun rancangannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4
Rancangan perlakuan kelas

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen Y
X
Y

Kontrol Y
X Y

Keterangan : Y = Tes kemampuan awal ( pre- test)
Y = Tes kemampuan akhir ( post- test)
X = Pengajaran dengan menggunakan pembelajaran partisipatif teknik kelmpok buzz
X = Pengajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional
Langkah langkah Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pertama : memberi tes kemampuan awal
2. Tahap kedua : memberi pengajaran dengan pembelajaran partisipatif teknik kelompok buzz pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensinal pada kelas kontrol
3. Tahap ketiga : memberi tes hasil belajar
4. Tahap keempat : Melakukan penilaian

Jenis dan Sumber Data

Jenis data kuantitatif, sumber data diperoleh dari hasil belajar siswa melalui test sebelum dan test sesudah memperoleh pelajaran

Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan oleh peneliti adalah test ysng diambil oleh peneliti, dimana siswa diuji berdasarkan pre-test dan post-test. Pre-test diberikan pada awal pelajaran, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi sebelum diajarkan sedangkan post-test dilakukan setelah pelajaran dilakukan.Bentuk tes yang diberikan dikedua kelas adalah pilihan ganda, dengan jumlah 20 soal dan terdiri dari 5 pilihan jawaban.Salah satu option merupakan kunci jawaban, sedangkan 4 option lainnya sebagai pengecoh.
Sebelum digunakan dalam penelitian tes ini telah diuji coba terlebih dahulu dan tes memenuhi persyaratan validitas, relibialitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
1. Validitas tes
Menghitung koefisien tes dengan korelasi yaitu product moment dengan angka kasar
( Arikunto,2006)

Keterangan : = koefisien validitas tes
N = jumlah siswa mengikuti tes
X = skor yang dimiliki siswa setiap soal
Y = skor total

2. Relibialitas tes
Untuk mencari harga relibialitas dalam penelitian ini dugunakan rumus yaitu :
( Arikunto,2006)

Keterangan : = relibialitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya item
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan dengan salah (q=1-p)
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
S = standar deviasi dari tes (akar varians)

3. Tingkat kesukaran Item
Rumus yang digunakan dalam menentukan tingkat kesukaran tes adalah:
( Arikunto,2006)
Keterangan : P = tingkat kesukaran item
B = banyaknya subjek yang menjawab benar
JS = jumlah subjek
Indeks kesukaran item dibandingkan dengan ketentuan yaitu :
0,00 – 0,30 : sukar
0,31 – 0,70 : sedang
0,71 – 1,00 : mudah

4. Daya pembeda Item
Untuk menentukan daya penbeda soal digunakan rumus :
( Arikunto,2006)
Keterangan : D = Daya pembeda item
= Jumlah kelompok atas yang menjawab benar
= Jumlah subjek kelompok atas
= Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
= Jumlah subjek kelompok bawah
Dengan klasifikasi :
0,00 – 0,20 : jelek
0,21 – 0,40 : cukup
0,41 – 0,70 : baik
0,71 – 1,00 : baik sekali

Teknik Pengumpul Data

Cara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan Pre-test
2. Mengadakan perlakuan pada kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol). Perlakuan pada kelompok eksperimen adalah pembelajaran partisipatif teknik kelompok buzz, sedangkan perlakuan untuk kelompok kontrol adalah pembelajaran konvensional
3. Mengadakan Post-test

Perincian test dari setiap bagian materi pokok yang dilakukan berdasrkan taksonomi Bloom, yaitu :
1. Pengetahuan (C )
2. Pemahaman(C )
3. Penerapan (C )
4. Analisis (C )
5. Sintesis (C )
6. Evaluasi (C

Tabel 2.5
Perincian test dari setiap materi pokok

NO Indikator Nomor Butir Soal jumlah
C
C
C

1 Membandingkan besaran pokok dan besarab turunan serta dapat memberikan contoh dalam kehidupan sehari – hari 1 2 2
2 Menentukan dimensi suatu besaran pokok dan menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah 4 3,5 3
3 Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur 6,7 2
4 Mengukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan 9 8,10 3
5 Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara grafis 11 12,13 3
6 Menjumlahkan dua vector secara grafis 15,19,20 14,16,17,18 7
3 9 8 20

Untuk lebih jelasnya prosedur kegiatan pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pembelajaran
2. Melakukan Pre – test
3. Pengolahan hasil Pre-test
4. Pelaksanaan pengajaran
5. Melaksanakan Post-test
6. Pengolahan hasil post-test

Teknik Analisa Data

Untuk menguji hipotesis yang dikemukakan, dilaksanakan dengan membandingkan rata – rata skor hasil belajar yang dicapai baik kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dicari rata-ratanya.Sebelum dilakukan penorganisasian data, terlebih dahulu ditentukan skor masing – masing kelompok sampel lalu dilakukan pengolahan data dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Menghitung rata – rata setiap kelas, dimana rata – rata :
, (sudjana,1996)
2. Menghitung Standart Deviasi dari setiap kelas.

,(sudjana, 1996)
Uji persyaratan Analisis

a. Uji normalitas yang digunakan adalah Liliefors (Sudjana,1996) dengan langkah – langkah sebagai berkut :
1. Data hasil belajar X , X , X ,……,X dijadikan angka baku Z , Z , Z ,……Z dengan menggunakan rumus
Dengan :
= rata – rata
S = simpangan baku

2. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan distribusi normal dihitung peluang
3. Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan oleh , maka :

4. menghitung selisih kemudian tentukan harga mutlaknya
5. Mengambil harga yang paling terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut
Untuk menerima atau menolak hipotesis, maka bandingkan dengan harga kritis yang diambil dari daftar untuk taraf nyata , dengan kriteria :
Jika maka sampel berdistribusi normal
Jika maka sampel tdak berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui data populasi digunakan rumus uji kesamaan varians dengan menggunakan rumus :

(Sudjana,1996)
Jika H ditolak dan jika H diterima dimana didapat dari distribusi F dengan peluang , sedangkan dKpembilang dan dKpenyebut = dengan taraf nyata .Kritera pengujian adalah tolak H hanya jika yang berarti kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.

c.Pengujian hipotesis
Untuk menguji hipotesa apakah kebenarannya dapat diterima atau ditolak maka penulis menggunakan uji statistik t-uji dua pihak dengan tingkat kepercayaan sebagai berikut :
(sudjana, 1996)
Dengan:

Dimana :
X = jumlah sampel yang diajar yang menggunakan pembelajaran partisipatif teknik kelompok buzz
X = jumlah sampel yang diajar dengan menggunakan konvensional
n = jumlah siswa dengan teknik kelompok buzz
n = jumlah siswa dengan konvensional
= varians kelas eksperimen
= varians kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah terima jika dengan dk dengan . Untuk harga t lainnya ditolak